BAB 8 BERTEMU PUJAAN HATI
Di tengah keterpurukan hidup dan keputusasaan, ada secercah cahaya harapan yang menghampiri Perry. Ketika keadaannya masih terbaring tak berdaya di rumah sakit, silih berganti rekan-rekan sejawat perawatnya datang menjenguk. Ada mereka yang simpati, ada yang bernada mengejek, dan berbagai macam sikap lainnya. Dari sekian banyak ragam rekan yang datang menghampiri ada satu yang berbeda, seorang perawat wanita.
Dialah Leries Nurhayati Sitorus. Jika dia datang, dia selalu bersikap sebagai seorang perawat yang merawat Perry. Dia tidak meledek, dan tidak bercanda tentang keadaannya, seperti umumnya rekan-rekan yang lain. Dia juga biasa datang di waktu yang berbeda dengan rekan yang lain.
Dalam kunjungannya dia banyak membantu Perry untuk makan, atau merapikan sekitar tempat tidur, padahal dia bukan perawat yang bertugas di bangsal di mana dia dirawat. Tidak hanya itu. Leries juga sering mengucapkan kata-kata yang mendorong dan memberi semangat.
Rupanya Leries menyadari yang membuat Perry sakit adalah keadaan putus asa, tanpa semangat dan tanpa harapan. Itulah sebabnya dia sering memberi semangat dan memberi dorongan. Walaupun dia masih seorang siswa perawat, tetapi dia tidak pernah menunjukkan sikap main-main. Karena perhatian khusus yang diberikan Leries kepadanya, Perry merasakan adanya hubungan yang lebih dari sekedar hubungan antara seorang perawat dengan seorang pasiennya.
Dirinya sadar Leries menaruh hati kepadanya, tapi logikanya pada saat itu menampik suara hati kecilnya. Dirinya merasa tak mungkin seorang perawat yang baik itu menaruh hati padanya, yang tidak tampan dan ada dalam keadaan yang menyedihkan, putus asa dan hampir mati. Tidak ada yang menarik sama sekali pada dirinya pada saat itu. Rasa kagum terhadap Leries yang teramat dalam mulai tumbuh dan berakar dalam hati sanubari seorang Perry, tidak hanya sebagai seorang perawat yang piawai, tapi dirinya juga mengagumi Leries sebagai wanita, terlebih dia adalah wanita yang memberikan perhatian justru ketika dirinya ada di titik nadir kehidupannya, di sebuah tempat yang tidak layak. Perry sadar jika dirinya mendapatkan cinta dari wanita seperti ini pastilah cintanya sungguh-sungguh sejati, suatu hal yang jarang ditemukan.
Leries sebenarnya selama ini benci dengan Perry. Leries cukup mengenal Perry karena dia pernah diajar Perry yang menggantikan gurunya oleh karena Perry adalah siswa yang pintar. Saat itulah dia tahun bahwa walau Perry adalah juga orang Batak seperti Leries, tapi Perry tidak suka bergaul dengan wanita Batak.
Sejak itu dirinya mulai semakin berhenti memikirkan diri sendiri. Kalau Leries datang mengunjungi, seolah semangatnya menggebu kembali. Mereka banyak saling bercerita tidak hanya tentang penyakit yang diderita oleh Perry tetapi juga hal-hal lain yang menarik perhatian mereka di luar sana. Akhirnya, keadaan dirinya semakin membaik dan dokter pun mengiizinkannya untuk pulang ke rumah. Hal tersebut bukannya menjauhkan keduanya, malah mereka jadi lebih sering bertemu di luar rumah sakit.
Di dalam hati, Perry mulai merasakan denyut-denyut kerinduan jika tidak bertemu untuk suatu waktu tertentu. Secara rutin mereka sering bepergian bersama ke gereja, ke pertemuan-pertemuan orang muda dan sebagainya. Akhirnya, Perry pun memberanikan diri menyatakan bahwa kekagumannya selama ini kepada Leries telah berubah menjadi cinta, dan mengatakan kepadanya ingin hidup bersama dengannya. Puji syukur kepada Tuhan, sebab Leries juga merasakan hal yang sama, dan menyambut positif pernyataan cinta dari Perry.
Dirinya merasa Tuhan telah menurunkan cahaya harapan melalui Leries, dengan menunjukan dia sebagai pendamping dan calon istri Perry, dan hal lain yang terjadi setelah dirinya bersama Leries adalah dirinya berhenti berpikir untuk merubah nasibnya menjadi bidan atau yang lain, dan membulatkan tekad untuk menjadi seorang perawat Kristen.